Total Tayangan Halaman

Jumat, 25 November 2011

Anakku Matahariku

30 Nov 2011


Udah menginjak hari ke-3, Ignas bertanya dengan sopan, "ada yang bisa kubantu bu?". Membuka jendela & gorden di kamar tidur & ruang tamu. Pasang radio sebelum kami pergi. Oya pasang radio dan memasang sandal/sepatu di teras rumah adalah usaha2 mencegah maling. Hehehe, ini kubaca dari majalah dan sampai sekarang kuterapkan. Lagian, dengan adanya suara radio saat masuk rumah, membuatku nyaman karena tidak terlalu sunyi.


Kembali ke Ignas. Aku belum tau nih sampai kapan rajinnya hadir. Mudah2an terus ya.
Wah, barusan udah ke -3 kalinya aku manggil2 Ignas agar kembali duduk belajar. Upss lupa ternyata dia kan lagi maem sore. pastiiii sambil baca komik dan makan pakai tangan. Walau sendok siap di piringnya.



29 Nov 2011

Anak sulungku adalah anak yang penuh dengan keberuntungan. Aku mempercayai itu dengan naifnya. Hehehee. Anggap aja itu doa abadi seorang ibu. Dari mulai di kandungan, yang tadinya sudah perdarahan, masih bisa diselamatkan. 
Dari keinginannya untuk dapat smp bagus dan sma bagus juga terlaksana. Padahaaalll sungguh dengan rasa malasnya yang luarbiasa, semua itu bisa dia dapatkan. Hehehe, kadang dia cengar cengir kalo diingatkan hal itu. 
Andre anaknya pintar, hanya memang rasa malasnya nomer satu. Saat ujian nasional sd, baru dia belajar dengan tekun, seminggu itupun dikawal dengan mata oleh bapak ibunya. Hasilnya sungguh membanggakan. Idem saat masuk SMA Marsudirini Bekasi. Bisa tanpa tes, padahal smp banyak remednya. Jadi kalo abis ulangan umum, bila ditanya hasilnya. Jawabnya adalah "aku nggak remed" lhaaaa standarnya kok remed. Maunya orang tua kan jawabnya: "Iya nih aku dapat sembilan" atau semacam itulah.
SMP kelas tiga baru sungguh2 belajar.

SMA tanpa tes tidak jadi ia masukin. Padahal uang pendidikan sudah terbayar 50%. Malah milih sekolah yang jauh di pejaten sana. SMA Kolese Gonzaga menjadi pilihannya. Karena ini pilihannya sendiri, tampak dia berjuang dalam tes masuk & wawancaranya. Syukurlah diterima.

Kelas dua SMA saat ini, di usianya yang ke-17, dia bisa punya motor tanpa harus membeli. Bisa merayakan ultahnya dengan meriah walau hanya sekedar ngumpul sederhana dengan teman2 misdinarnya. Pasti kenangan yang tak terlupakan. Karena biasanya perayaan ultah hanya diantara kami sekeluarga aja.


27 Nov 2011

Banyak ngiritnya untuk biaya Ignas, dalam arti, tidak perlu ada dana les sana sini di usia sdnya ini agar tidak ketinggalan pelajaran sekolah. Kami deg2an ranking berapa setiap kali kenaikan kelas.
Beda sekali dengan yang sulung. Kami juga deg2an sih, tapi deg2 an lain, naik kelas nggak ya. hehehehe

Si sulung biasanya manyun dan cengar cengir kalo udah diganggu spt itu.
Makanya si sulung, perlu les. Parahnya lagi, jika lesnya bukan pilihannya, bakal ada aja alasan untuk bolos. 

Kelas 2 sma ini, kubebaskan dia untuk milih, walaupun akhirnya pilihannya harus kami reject karena hanya menghabiskan dana dan waktu saja. Untungnya dia mau dengan les yang kami ajukan.




17 Nov 2011


Bungsuku atau anak keduaku ini sungguh pintar merayu. Agendanya yang tidak lepas dari perut membuatku kadang bangga karena dia membutuhkan masakanku tapi juga tidak jarang membuatku senewen. Apalagi jika penyakit malas di dapur muncul.
Pulang sekolah, dengan bahasa bakunya, "anaknya lapar, ada makanan apa nih?" atau "anaknya udah capek menimba ilmu ingin main laptop sebentar"
Dua hal yang kadang memunculkan sahut2an antara kami berdua.
Tapi memang hal2 kecil seperti ini malah semakin mendekatkan kami berdua.
Jika saatnya ulangan semesteran, jadwal lebih padat, dengan memaksa, ibunya mengajak tidur siang. Kalo tidak ditemani tidur, wah habis waktunya didepan komik dan laptop.
Bangun siang lalu mandi dan pasti makan sore. 
Kalo perut udah terisi, baru bisa mulai konsentrasi belajar.
Wah, belajarnya pun sering terganggu dengan kegiatan lain. Ada aja alasannya, ambil minum, cari camilan, pasang musik, dll yang membuat gemessss. Itulah keseharianku bersama Ignas, anak keduaku ini.


16 Nov 2011


Mood-mood an (bacanya mud mud tan) hehehe...itulah aku dan sekarang menular ke sulungku.
Wah, memang hal ini sungguh tidak menguntungkan, baik bagi yang memiliki maupun untuk orang-orang disekitarnya.
Apalagi wajah kami berdua bukan smiling face, yang tanpa perlu diatur bisa terus berwajah menyenangkan. Ada kabel senyum yang harus di on kan dulu agar wajah menyenangkan itu hadir. hehehe. Makanya iri banget dengan yang smiling face. Mudah2an mereka menyadari kelebihan tsb.




14 Nov 2011

Hari yang dinanti tiba. Senin 14 Nov 2011 tepat 17 tahun Andreas Ari Pradipta hadir ditengah2 kami. Positif keberadaan Andre di rahim disambut sukacita seperti pasangan lain yang berbahagia. Namun saat usia nya 1 bulan di kandungan, Andre telah berjuang untuk bisa bertahan. Flek yang ada membuat harus bed rest di rumah sakit UKI seminggu dilanjut di rumah di Halim seminggu.
Perasaan takut dan pengharapan akan belas kasih Tuhan Yesus membuat kami terus berdoa.
Sekarang disinilah Andre, menjadi abg dengan segala atribut abg.

Bu, pingin ngajak temen rame2 ke rumah saat 17 nanti.
Berapa orang?
yaa sekitar 15 teman.
Ok.

2 hari kemudian
Bu, mungkin yang datang 40 an
haaa??

pas hari H, suasana meriah dengan teman2nya yang pada ngumpul juga om tante2nya.
Saat badan capek semua, waktu sudah jam 1 dinihari
Bu, makasih ya udah nyiapin acaraku.
Iyaaa, sama2. (sambil mata udah dipaksa buka, namun masih sambil beresin sana sini)
Tapi hatikuuu senang banget, anaknya ingat untuk berterima kasih.
2 hari belanja dan masak, terbayar cash keras dehh


15 Jan 2011

Komik hampir tidak pernah lepas dari tangannya, kemana pun dan kegiatan apa pun. Cara halus hingga mengancam sudah pernah dilakukan. Ujung-ujungnya membuat perjanjian lisan, yang dalam perjalanannya sering  kandas ditengah kompromi2 tidak jelas...Bungsuku ini memang maniak komik.

Pembelajaran: menyediakan komik pengetahuan ketimbang komik berseri tak jelas, dan dengan daya ingatnya  yang luarbiasa terhadap gambar /visual, sungguh hebat. Kamus berjalan.


14 Jan 2011

Duilllahhh....mood2 an lagi deh sulungku.....kadang dipikir sifat 'moody' ini tampaknya datang dari aku, hehehee...lhaaa emang benar koq. Ketidakstabilan ini sering kutunjukkan untuk sekedar tampilan  dadakan ataupun pamer kekuasaan seorang ibuuu... aduuhhh. Yang pasti, sifat ini sungguh meribetkan untuk kami semua.
Saat ini bad mood nya dipicu oleh teman sekolah. Lha...jadi deh ibunya kena cemberut juga.

Pembelajaran: Dari pengalaman sudah2, strategi yang dilakukan nunggu senyumnya muncul dulu, baru ditanya duduk persoalannya....Sepeleee persoalannya....namun potensial melebar kemana-mana
2 Jan 2010
Ada omelan yang tidak perlu yang menemani anakku saat selesai membantu menuang air galon ketempatnya. Yang perlu asisten, yang sampahnya dibiarkan berserakan, yang kurang bersih ngelapnya...itu cerita beberapa bulan lalu. Buahnya sekarang: galon terisi dengan rapi, berikut dengan covernya. Sampah dan pisau untuk membuka galon dibereskan ketempatnya. Kupuji dengan kata2: Terima kasih yach galonnya udah terisi, sampahnya beresss lagi. Sama2 jawabnya. Lalu kuguyonin, sayang bekas galonnya masih nongkrong di meja. Oh iyaaaa jawabnya dengan kencang

Pembelajaran: Setia mengingatkan seharusnya tanpa omelan. Dan setia memuji begitu pekerjaannya rapi. Jangan lupa beri masukan untuk hal yang perlu diperbaiki

8 Jan 2010
ABG sepertinya sangat suka dengan hal2 yang berkenaan dengan lawan jenis. Aku coba memulainya saat dia menyinggung suatu topik. Memulainya dengan kisahku, lalu dia akan bertanya dan mulai dibahas mengapa spt itu. Soal pacaran, soal teman cewek, hehehee...belajar tidak menghakimi. Belajar menjadi pendengar yang baik...

Pembelajaran: Berkenaan dengan lawan jenis, ternyata pengetahuannya udah melebihi dugaan. Pastinya hasil diskusi dengan teman2nya, internet, bacaan, dll. Hanya saja perlu diluruskan beberapa hal. 

10 Jan 2010:
Ada tugas membawa masakan ke sekolah. Walau tak tega, anakku rada kupaksa belanja sendiri ke pasar dekat rumah. Dibekali ancer2 lokasi dan harga, pulang sekolah, anakku sudah berhasil belanja. Dengan gembira ikut membantu menggoreng....walau akhirnya ada yang gosong juga, saling mengharapkan. Hehehee...

Pembelajaran: walau kondisi capek, lapar dan ada tragedi hangus, kalo hati sadar sesadarnya untuk tetap gembira....semua terlampaui dengan baik....Tugas selesai dan kami pun tersenyum....Terima kasih Tuhan

11 Jan 2010: 
Si kecil dengan pakaian kebesarannya selepas pulang sekolah tampak tidak complain dengan sajian siang yang mengikuti selera kakaknya...Tumben...biasanya adaaaa aja komentar yang keluar. Lalu rumah terasa sunyi...ditengok...sedang tertidur dilantai kamar dengan perut terbukaaaa... Terlihat tenang....enakkkk bangettt

Pembelajaran: ada kalanya sikecil pun tau kapan harus berkomentar kapan tidak.....jadi terharuuuu


12 Jan 2010:
Pohon rimbun yang mengotori teras, akhirnya kuhampiri sambil membawa alat potong....ternyata dengan kekuatan tangan yang tak seberapa, tangkai2 nya pun bisa kupotong dengan mudah....Jadi bersih deh rumahnya...walau badan dari ujung ke ujung gatal terkena kotoran yang melekat dari pohon, sungguh tak terduga

Pembelajaran: Hal yang terlihat sulit, ternyata setelah ditangani sangat mudah untuk diselesaikan. Selain itu antisipasi kejadian lain harus diperhitungkan

15 Jan 2010:
Sulungku udah luwes cuci piring, tuang air galon, cuci baju, setrika dan ngepellll.....Terimakasih ya Nak

Pembelajaran: Awalnya protes keras untuk bantuin kerjaan rumah....ternyata sekarang hasil kerjanya udah ok. Siap kost nih....


8 Nov 2009: Tumben banget, sang suami merencanakan dengan detil dan rada maksa untuk menghabiskan sore dan malam dengan keinginannya. Namun apa daya, sang anak abg cemberut berat diajak gereja sabtu sore bareng. Alasan klasik udah kadung janji dengan teman2 gereja minggu pagi. Padahal sang anak udah tau pasti, ini agar minggu bisa menjadi waktu yang efektif untuk mulai belajar, lha senin udah semesteran. Di gereja pun, duduknya menjauh walau sebangku. Wajah tanpa senyum, idem dengan sang bapa. Wah, payah benar nih. Tuhan jadi ikut menikmati wajah2 & hati2 tak sedap. Maafkan kami ya Tuhan ya. Diundang kepestaMu dengan berhias wajah sepi senyum. Urat senyum pada terganggu menampakkan hati yang terluka. Akhirnya makan malam diluar hanya berdua suami. Itupun bakso sangat seret ditelan, (yach memang harusnya dikunyah dulu yach, baru ditelan). Malamnya, ngingetin anaknya lagi, betapa hati ayah bunda terluka dengan sikapnya seperti itu - baiknya sang anak abg mohon maaf sebelum malam berlalu. Akhirnya, dia datang dengan kata2 maaf. Maaf untuk apa? Maaf karena maksud baik papa dan ibu (demikian anak memanggil) ditanggapi dengan cemberut. Tidak sepantasnya ortu dicemberuti, lha ortu yang brojolin doi, wakil Tuhan di dunia untuk menghirup & menikmati dunia. 

Cium pipi kiri dan kanan ibunya. Sambil bergenggaman tangan. Saling menyentuh itu penting. Kekerasan hati cepat lumer karenanya.


Sianak menyahut manja takut sendiri ke papanya, lalu spt di sinetron, sang ibu nawarin nemenin, hehehe menuju sofa santai sang papa.
Papanya ternyata masih nyimpan benjol dihatinya, kaciiiann.... sekalinya bikin acara, gagal! Pingin malam spesial dengan hidangan spesial - malah hanya ngebakso...hehehe....berdua tokh, itu aja nggak habis. 
Anaknya kembali mengucapkan kata2 yang sama. Papanya bilang kurang dengar, pelan banget atau nggremenggggg. So..ulangin lagi tuh kata2....mulai lancar lha pengulangan kok ya. Cium pipi kiri kanan dan menumpangkan tangan....Papa nya bilang : yach aku maafin, tapi sekarang tolong doain papa dan ibu... (again). Aji mumpung.

Amiiiinnn...udah berbaikan sebelum berganti hari. Terima kasih Tuhan, ada damai & kasih hari ini. Berharap moment2 ini terlukis dalam hati abg (dan adiknya sang pemerhati) sebagai pembelajaran kasih dan didikan. 

Pembelajaran: Mendidik & berkomunikasi dengan anak adalah tantangan tiap waktu. Hari ini ibunya lagi normal. Gantian papanya yang cepat manyun...Padahal biasanya sang papa yang sabaaarrrr luar biasa....




29 Nov 2009

Luar biasa suamiku ini. Sang adik bisa tersenyum ceria dan kembali bersahabat dengan ritual "preman pagi hari". Kemanjaan sang adik untuk meminta uang parkir Rp 1000,- dan rasa senang sang ayah yang menggoda, mampu membangun keakraban diantara mereka. Aku irrriiiii, ritual itu adalah dunia mereka, aku tersingkir saat moment2 spt itu....



1 Des 2009
Ada penyesalan luarbiasa pagi ini, Matahariku dan adiknya mengawali ulangan umum hari pertama dengan omelan ibunya. Berkicau hanya untuk menunjukkan superior ibu dan hal negatif sang anak. Lemas rasanya dengan penyesalan tsb. Siangnya ada rencana Tuhan luarbiasa untukku. Aku harus menjemput anakku. Dan saat itu juga aku berjanji, ijinkan aku Tuhan untuk memberikan senyum dan apresiasiku saat bertemu dengan sang anak. Syukurlah hingga sore ini, kicauan berkurang jauh. Rasanya damai bangettt. Terlebih saat aku mampu menanggapi guyon dengan sahabat smpnya, yang dengan gaya sales membujukku untuk mengijinkan sang matahari mengikuti jejaknya: sekolah asrama di Bogor. Alamaaakkk...Ada pendar kilau di mata sang matahariku...Aku akan merekamnya sebagai pembangkit semangatku. Terima kasih Tuhan.

Pembelajaran: Semangat positif ortu penting banget, teristimewa disaat2 sang anak sedang menghadapi sesuatu yang butuh pendampingan.

1 Des 2009
Horeeeee, aku berhasil mengatur emosiku saat menghadapi tingkah sang matahari...tetap tenang, senyum tipis dan solusi cemerlang yang didapat....wah, hatiku terasa damai sejahtera. Bisa juga yach ternyata tidak usah pakai teriak2. Sang matahari pun memberi senyum dan kecupan dipipi.

Pembelajaran: Bonus senyuman dan ciuman di pipi dari sang matahari karena mendapat solusi ocree




3 Des 2009

Dewasaaaa banget sang matahari siang ini. Dengan raut bangga, dia menyorongkan bungkusan baju dari penjahitku. Nih bu, titipan ibu. Lho koq kamu pintar, pulang sekolah langsung singgah ambilin baju kepenjahit. Jawabnya: iya, aku kan ingat kemarin tutup penjahitnya dan tadi kebetulan ojeknya lewatin, aku terus ingat deh. Belum habis rasa heranku, dia menyerahkan sejumlah uang, nih bu masih ada kembalian uang pasfoto. Aku udah nanya boleh koq pakai berwarna untuk formulir pendaftaran SMA, tidak harus hitam putih.


Pembelajaran: Untungggg aku tidak marah2 saat kemarin dia salah membuat pasfoto, hatinya tidak tersakiti, bahkan hari ini dengan penuh tanggung jawab berinisiatif untuk mencari solusi.
Terima kasih Tuhan...




30 Nov 2009:

Mendidik anak akan pengaturan keuangan


Beberapa lama setelah penulis merasakan manfaat akan pentingnya pengetahuan akan pengaturan keuangan, penulis dan suami mencoba melibatkan anak2 dalam hal keuangan keluarga sesuai tingkat pemahaman mereka. Sungguh suatu kesempatan baik mengajarkan mereka dengan teori dan terpenting prakteknya.

Jajan diluar
Punya anak cowok, pasti tidak jauh dengan makan dan makan. Ada kebiasaan dalam keluarga bahwa anak2 boleh pesan apa aja ASAL dihabiskan. Tentunya sudah ada target budget sendiri sehingga mereka memesannya pun berdasarkan yang dianggarkan. Si kecil paling doyan udang. Biasanya 2 porsi sudah menjadi takarannya. Anak2 diminta menulis (kadang malah rebutan) dan menjelaskannya ke yang melayani. Begitu juga bila ditengah2 makan, ada pesanan makanan atau minuman tambahan. Selain itu, mereka terbiasa untuk bertanya dulu soal harga. Ini penting agar nantinya mereka bisa mengukur kemampuan beli dan keinginan membeli.
Jadi saat memesan hingga proses membayar, kami diskusikan. Harga sekian, rasa dan pelayanannya seperti ini....kira2 ok tidak. Anak2 jadi turut memahami...bahwa jajan pun ada budgetnya dan diupayakan kita memperoleh hasil maksimal.

Menambah uang saku
Awalnya, untuk anakku yang sulung sungguh perjuangan tersendiri. Diusianya yang kelas 4 sd ada ketidaknyamanan untuk berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenalnya apalagi meminta bantuan yang melayani bila sedang makan/jajan diluar. Sekarang??? Sangat Pede. Sudah bisa diminta hampir apa aja. Terutama penulis melibatkannya dalam kaitannya dengan usaha. Pesan kartu nama, spanduk usaha, stiker makanan, fotocopy, pasfoto,dll. Dari mulai diskusi pesanan hingga nego harga dan waktu. Bangga rasanya. Oya, ada satu lagi pembelajaran; menjual barang2 bekas ke pengumpul. Awalnya penulis menantang dia untuk menambah uang saku. Tantangan itu diterima dengan tanpa gengsi, terlihat upayanya mengayuh sepeda sambil membawa berkg2 karton bekas. Sukses dengan pengalaman pertamanya, kami selaku ortu membantu mengantarnya bila barangnya terlalu berat. Proses menimbang dan nego harga pun dilakukannya sendiri.

Baru aja, kuantar dia menjual pompa air bekas yang sudah dead....senyum2 dapat Rp. 75000 ....Padahal 2 hari lalu sempat cemberut ketika karton2 dan koran2 kami minta ijin ke dia untuk diberikan secara gratis ke pemulung tua. Lhaaaa, papanya tidak sampai hati melihat sang pemulung udah malam masih aja mengorek2 sampah. Si sulung mengatakan mungkin ini rejeki dari pemulung yang diberi gratis. Lha tadinya hanya dihargai Rp. 2700/kg, koq pembeli langganannya membulatkan menjadi Rp. 3000/kg. Mudah2an pengalaman ini bisa menjadi bekal berharga dimasa mendatang. Amin. 




Beda dengan yang kecil. Kalo ini Pedenya over. hehheee...jadi kami tinggal mengajarkan cara yang lebih santun dan baik.



Saat ini yang sulung sudah mulai dilibatkan dalam persoalan2 usaha. Misalnya membantu membersihkan rumah yang akan dikontrakkan. Memasang papan dikontrakkan. Membagikan brosur. Membeli cat yang kehabisan. Transfer sejumlah dana, dan mengambil bukti pembayaran di developer adalah juga salah satu cara agar dia mengenal aktivitas2 investasi yang kami lakukan.



Membiasakan diri dengan atm
Sejak anak pertama kami duduk di SMP, papanya mulai sering melibatkannya untuk menemani mengambil dana di atm. Awalnya dia akan banyak komentar yang tidak perlu, yang protes duit papanya banyak tapi koq uang sakunya tidak naik2, minta dibeliin hp baru koq tidak dikabulkan, dll. Berawal dari komentar2 tsb, kami mulai masuk mengajarkan secara santai, dana itu akan lari kemana saja. Untuk beli beras, bayar uang sekolahnya, dll. Lalu dia akan melihat sendiri, dana yang banyak itu ternyata sudah ada rencana pemakaiannya. Bahwa uang sekolahnya cukup besar, demikian juga transportasinya sehingga itu menjadi harapan kami untuk lebih menghargai pengeluaran2 yang ada.
Dengan pengawasan papanya, dia diijinkan membantu mengantongi dana2 tsb saat diambil dari atm. Menurut penulis dan suami, anak yang terbiasa diberi kepercayaan besar memegang dana (walau hanya 10 menit dari atm hingga kerumah) menambah rasa percaya diri bahwa dia dipercaya memegang dana keluarga dan ikut bertanggung jawab. Terlebih, dia akan terbiasa dengan dana besar sehingga mental kayanya akan bertumbuh.

Suatu kali, (3 tahun setelah pengalaman pertamanya), dia bercerita saat papanya tidak ikut masuk ke ruang atm, ada seorang bapa yang membelalakkan matanya melihat dia mengambil dana yang cukup besar. Sambil tertawa dia berkomentar, mungkin bapa itu kaget dan menyangka yang tidak2. Disitu kami lalu memasukkan pemahaman, hal itu wajar, karena banyak anak muda sekarang yang menyalah gunakan kepercayaan untuk hal2 yang kurang benar. Hal itu harus dihindari.

Pengalaman lain, adalah saat dia kupegangin atm bergambar dirinya (sengaja gambarnya dia sedang memeluk sang adik, agar kedekatan itu hadir). Entah kenapa, dia terdorong untuk membeli jaket sekolahan tanpa ijin. Akhir bulan, penulis mengauditnya, sekalian memberi pemahaman bahwa itulah hebatnya atm, penulis bisa memonitor pengeluarannya. Sehingga kan ketahuan ada pengeluaran yang belum dilaporkan. Sengaja atmnya kami ambil dan simpan, sebagai proses pembelajaran bahwa dia masih harus lebih bertanggung jawab.




Saat lain, saat kami mengembalikannya, dia bertanya, koq ortunya masih berani memberi atm lagi. Kami jelaskan, kelalaian masa lalu bisa menjadi pelajaran berharga dan kami masih mempercayainya. Nyatanya benar sekali, sejak saat itu, dia lebih bertanggung jawab.



Ternyata ada banyak hal lain yang dia bisa belajar juga dari atm. Sempat dia menalangi pembelian bahan gambar untuk tugas sekolah, konsekwensinya, dia harus mengejar seorang teman yang " rada2 lupa" mengembalikannya. Sehingga dia bisa merasakan sungguh tidak enak mempunyai teman yang kurang bertanggung jawab, dan dia juga belajar bernego dengan teman lainnya yang meminta uluran waktu untuk pembayaran menunggu gajian ortunya. Nah disini, kami komentari bahwa dalam dunia nyata saat dia dewasa nanti ada hal2 spt itu. Kita harus selalu menimbang baik buruknya, berhati2 dan bertanggung jawab.


Berbohong soal uang
Ada masanya anak kurang jujur saat ditanya soal penggunaan uang, terlebih bila penggunaan tsb diluar kesepakatan. Misalnya bekal sekolah. Penulis berusaha menyediakan sarapan dan juga bekal berupa makanan berat yang biasanya mereka santap saat istirahat pertama atau kedua. Bila stok makanan tidak ada atau tidak sempat untuk menyiapkan bekal, sesuai kesepakatan penulis akan memberikan dana tambahan diluar jajan untuk dibelikan makanan berat.
Kadang godaan dari dalam dan luar sendiri, membuat dana tsb digunakan untuk membeli hal lain.Penulis tentunya segera mengingatkan alasan pemberian dana dan manfaat yang didapat dari bekal ataupun akibat jelek dari menghabiskan dana diluar rencana.

Pastinya ada perdebatan, terlebih anak penulis yang paling kecil. Argumennya sungguh membuat penulis harus ati2 untuk mencari kata2 yang tepat agar bisa diterima dengan baik.

Bohong yang lain adalah mengambil dana yang bukan miliknya. Ini pernah terjadi. Hehehe...dulu saat menjadi orangtua awal2, penulis dan suami melakukan kesalahan besar dengan membentak dan bahkan memukulnya, didorong oleh emosi dan ketakutan itu akan menjadi bibit jahat dikemudian hari. Nyatanya itu kurang efektif. Pada kelanjutannya, kami melibatkan komunikasi 2 arah dengan mengatakan bahwa perbuatan jujur harus diutamakan, terlebih dia sudah besar, dalam arti sudah menerima sakramen ekaristi (dalam agama Katolik, menerima sakramen ekaristi berarti sudah menerima sakramen tobat, yang salah satu artinya, dosanya udah ditanggung sendiri). Tuhan melihat dan penulis janji tidak marah bila dia mau jujur saat ini juga. Hehehee....dengan mata berkaca2, dia merogoh uang disakunya dan memberikannya. Syukurlah masih ada ketakutan akan Tuhan akibat perbuatannya yang salah. 


Semudah itu....??? Tidakkk, karena kejadian ini sempat berulang dengan cara dan solusi yang sama.

Tidak lupa penulis memujinya langsung saat dia mengakui...


Namun, tentunya kami akan membahasnya lebih detil saat kondisi udah santai dengan cara memuji sikapnya saat itu dan tak lupa menggodanya. Jadi dia bisa merasakan bahwa ortunya tidak menyukai perbuatannya bukan dirinya.

1 komentar: